Senin, 25 Maret 2013

mereka tidak "gila"

pagi megelaaaang...suasana paginya lebih menyegarkan kerna lokasi praktek ku kali ini tumbuh kokoh berbagai jenis pepohonan. segar sekali...pikiran-pikiran negatifpun bisa tersaring menjadi jernih jika tetap bertahan mensyukuri dan menikmati suasana pagi di tempat ini.

Sebelumnya aku praktek di stase gawat darurat, stase yang harus dengan tindakan yang cekatan atas nama nyawa taruhan nya. kali ini aku tetap dalam profesi keperawatanku, mengembangkan lebih dalam lagi kata merawat secara mendalam. Perawat yang tak hanya dapat merawat seseorang secara fisik akan tetapi harus secara holistik. Secara keseluruhan dalam aspek fisik, psikis, spiritual dan semua detail detailnya. well...ini pengalamanku saat pertama sedang praktek di rumah sakit jiwa...disini aku belajar bahwa setiap manusia punya hati, dan punya kewajiban untuk saling menghargai, setiap manusia adalah jiwa yang mempunyai hak yang sama, dan tidak ada kata "gila"...

Jujur untuk pengalaman pertama kontak langsung dengan pasien dengan jenis keluhan yang berbeda membuat aku sedikit cemas, cemas dengan berbagai pikiran yanng terlalu ku besar-besarkan, terlalu sibuk dengan kata bagaimana jika nanti...bagaimana jika nanti begini..begituuu...hhmm...padahal kenyataan nya aku belum mengenal mendalam seperti apa masalah dan lingkungan yang akan mewarnai langkahku kedepan.
Aku sempat mengalami kebingungan tentang masalah utama yang sedang dihadapai pasien, jika di stase klinik dengan keluhan fisik ada data objektive yang kuat yang dapat membatu menegak kan masalah dan jelas penanganan nya, berbeda dengan sakit jiwa/psikis..kita harus secara mendalam dan peka membaca masalah yang tersembunyi,harus pintar membina hubungan saling percaya hingga pasien mau menjadikan kita teman tempat berbagi, dan kita tau permasalahan yang sedang dihadapi.

senyum..sapa salam...

"hal pertama yang membuatku kagum adalah dengan lantangnya mereka memberi salam kepada kita, ditambah senyum polos yang benar-benar terbaca ketulusan nya. "assalamu'alaikum"...itu adalah kalimat salam yang membuat ku berkaca-kaca. aku yang biasanya terkadang lupa dan sering tergolong malu mengucapkan salam terlebih dahulu dibuat sadar mereka yang dengan ceria mengucap salam dengan hangat.
aku yang takut-takut melangkah mendekati langsung dijulurkan tangan penuh pengarapan, seakan menyambut dengan gembira pada kami mahasiswa praktikan yang akan membersamai mereka di beberapa waktu berikutnya.
Aku dibayang bayangi bagaimana jika mereka tiba-tiba mengamuk, tiba-tiba melakukan tindakan yang diluar etika, terlebih aku kaum minoritas di tempat yang semua penghuninya mahluk adam. aku masih dalam paradigma bahwa mereka itu tidak bisa mengontrol diri mereka sendiri, penuh ketidak jelasan dan berambisi melukai orang lain. ahh...tebakanku meleset jauh ...bahkan mereka sama sepertiku...bercerita dan berbagi pengalaman kehidupan. mereka tidak pernah melakukan hal-hal seperti yang ku khawatirkan. mereka seperti teman yang membuat kami saling mendukung, memahamkan aku bahwa mereka sangat butuh motivasi dan butuh tempat berbagi, mereka kaum tersisih dengan sejuta stigma buruk yang membuat mereka cenderung menutup diri.

dari hati ke hati... 
aku harus terlebih dahulu mencintai mereka dengan tulus sebelum memberi perawatan yang maksimal, mereka dapat membaca tingkah kita yang dalam kegamangan atau terlalu kaku, mereka cenderung menghindar dan tertutup jika kita demikian tak benar-benar menyayangi mereka. ini koreksi besar bagi yang mempunyai perawakan nonverbal yang tak ramah, jangankan untuk menggali permasalahan utama biasanya menjawab pertanyaaan saja hanya dengan anggukan kepala, tapi ajaib bagi mereka yang terbaca tulus dan mencintai seperti saudara sendiri mereka dapat merespon dengan leluasa bercerita, dan tentu penuh senyum. dapat terlihat jelas mana yang dipercaya dan tidak dipercaya.
kadang kita terlalu kaku dan terlalu bersandiwara dalam kehidupan, beralasan bersikap demikian baik hanya untuk menghargai orang lain padahal mengapa harus bersandiwara menyayangi, tidak dapat disebut kasih sayang hal-hal yang dibuat-buat, dapat lah terbaca oleh hati nurani mana yang penuh keikhlasan mana yang sekedar sandiwara...

mereka tidak "gila"
tidak bisa dipungkiri masih banyak dilingkungan kita bahwa lebih baik menghidari orang-orang yang berbuat diluar logika, diluar norma, atau bertingkah tak sewajarnya. kita memilih bergabung dalam kelompok yang menjauhi dan tidak ambil peduli, sibuk menceritakan tingkah anehnya, plus memandang dengan tatapan sinis. Jika masih bersikap demikian perlu dipertanyakan letak hati nurani. Mereka tak pernah ingin berada dalam keadaan yang berbeda dan jauh dari kesadaran. tingkah diluar kendali itu dikernakan beban pikiran yang tidak mampu di ungkapkan, kesedihan yang begitu mendalam, putus asa yang tidak berdaya, belum lagi ditambah garis keturunan yang ada riwayat gangguan jiwa. jika keadaan demikian rapuh, hal terbaik yang dilakukan adalah bukanlah tak ambil peduli, justru jika benar-benar diluar kendali perlu kita beri motivasi..langsunglah dibawa ke rumah sakit bukan malah dibiarkan atau bahkan dilepas di jalanan.
mereka juga punya masa depan..
Hal pertama yang membuat mereka ragu melangkah setelah dinyatakan kejiwaannya stabil adalah kemana mereka akan berjalan kedepan nya. siapa yang akan menerima orang-orang yang di cap gila. semua orang seakan takut dan menjauhi, mereka bingung pekerjaan dan masa depan seperti apa yang akan mereka raih. aku mempunyai pasien yang dinyatakan stabil, tapi masih merasa betah berlama-lama di rumah sakit, nyaman bersama para perawat yang senantiasa mendukung. tapi hal ini juga tak begitu baik..ada kehidupan yang cerah yang dapat mereka raih diluar rumah sakit, di sinilah tugas semua lapisan masyarakat untuk mempercayai secara utuh. percaya pada mereka untuk menjalani pekerjaan. jika kita turut memberi kepercayaan dan memberi pekerjaan maka hal itu menjauhkan mereka dari kesia-siaan memendam berbagai beban pikiran, kita membantu mereka untuk mengalihkan hal-hal negative ke arah hal-hal yang produktive.

semoga setelah ini tak ada lagi tingkah menjauhi orang-orang yang berbuat diluar kesadaran, bertingkah tak sewajarnya...mereka juga manusia, punya hati dan ingin juga dihargai...dapat dengan jelas membaca semua tingkah yang penuh sandiwara.

"tak mesti perawat yang merawat mereka, mereka butuh orang-orang yang percaya, mereka butuh orang-orang terdekat dan lingkungan yang dapat menguatkan"..

"jika terlalu sering bersedih hati, merasa sendiri, tak dihargai, bersikap malas, tidak berdaya, tidak punya cita-cita dan harapan, merasa orang lain tak menerima keberadaan diri, merasa penuh kekecewaan dan terlalu sering galau...hhmm...itu semua gangguan jiwa dan obat nya adalah senantiasa mengadu kepada ALLAH, agar menenangkan jiwa yang sedang gelisah.

Setiap orang yang beriman kepada Allah Ta’ala wajib meyakini bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki adalah dengan berzikir kepada kepada Allah Ta’ala, membaca al-Qur’an, berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang maha Indah, dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ}
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS ar-Ra’du:28).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar