Selasa, 08 November 2011

titip rindu buat bapak

aku terdiam ketika tau apa yang membuat ana tersenyum getir. awalnya aku mengadu padanya ketika rinduku bergejolak sewaktu takbir menggema idul adha ini. ana tersenyum saja dan tak berkata apapun. raut nya tiba-tiba berubah ketika aku mulai menyebut-nyebut bapakku. Seorang leki-laki yang ketegarannya menjadi cermin bagiku. tapi lagi-lagi ana hanya mendengar dengan baik.

aku merasa cukup puas bercerita tentang bagaimana rinduku kian menggunung apalagi ditambah dengan momen yang sangat pas "idul adha". anak rantau sepertiku teruslah merindu untuk berkumpul dengan bapak dan emak, keluarga besar dirumah yang menjadi salah satu alasan jika aku mulai letih untuk terus berdiri di belantara rantau. puas bercerita ana pun mulai menggubris panjangnya ceritaku. " beruntunglah kamu masih mempunyai bapak mi, sedang aku sekarang lupa-lupa ingat bapakku rupanya seperti apa, mungkin sepertiku ya.heeheee.. aku pun rindu dengannya. dia berpulang jauh ketika aku belum tau perbedaan antara benar dan salah. tiba-tiba saja kabarnya dia sudah berpulang. sekarang cuma ada emakku. alhamdulillah..hehee..

"senyum ana mengembang setelah dia mulai bercerita padaku tentang bapaknya.. aku terdiam dan tak berani berbicara apapun lagi. sungguh ana terlihat tegar ketika aku bercerita tentang keluargaku, faktanya dia mungkin lebih merindukan bapaknya ketimbang aku.. ya..robb...

aku bersyukur orang yang kucintai, kedua orang tuaku masih membersamai perjalanan hidupku, jika ku rindu mereka, aku tinggal menelpon mereka, dan mengobati rindu dengan obrolan ringan yang tak begitu lama. itu pun lebih dari cukup. sedang ana dia hanya bisa menitip rindu pada ALLAH agar bapaknya terus disayang disurga sana. aku tersadar rinduku ini tak seberapa... jika aku sedih kerna terpisah jarak tak bertemu kedua orang tuaku, ana mungkin lebih sedih, dia bahkan telah lama tak melihat bapaknya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar