Sabtu, 02 Maret 2013

aku ijin nikah ya mii...

menikah?? hhmmm..entah mengapa sejak praktik di rumah sakit aku tak begitu peduli dengan satu cita-cita sejatiku itu. kesibukan akan praktek dan tugas-tugas benar-benar membuat kata menikah itu semakin jauh saja. aku malah sedang bersemangat untuk benar-benar mempersiapkan diri menjadi perawat yang benar-benar profesional. menghapus stigma suster jutek, perawat galak, atau labeling buruk lainnya. semoga nantinya kehadiranku dapat menjadi penenang, tidak memperparah keadaan pasien.

eh..sedang asik-asiknya dengan tumpukan lembaran tugas yang harus ditulis tangan, aku di kabari berita bahagia. sahabat baikku akan menikah di akhir maret ini. aku ingat betul kejadian pertama waktu berita pertama pernikahan nya sampai di telingaku di tahun-tahun lalu. aku langsung panas dingin dengan perasaan yang super lebay. "tidak adil"..titik. tapi kekecewaan ku dulu tak lama, rencana pernikahan nya ia batalkan dengan alasan masih ingin menanti sebuah kepastian dariku.
tapi bagi ku seperti jiwa-jiwa yang sudah kenal kecewa kadang lebih baik beranjak mengejar masa depan dari pada berkubang di dalam masa lalu.

kabar menikah sahabatku ini kusambut bahagia, berbeda sekali dari cerita pertama dulu. aku pun jadi heran, bahkan cemburu pun tidak. kalau dulu..hhmm.. mungkin masih belajar kata ikhlas.
isi pesannya pun membuat ku ingin tertawa, sebuah pesan singkat meminta doa restu..aihh..mirip seperti seorang laki-laki yang minta ijin untuk ingin poligami.. jika ku respon tertawa rasanya itu menyakitkan, yah..akhirnya hanya ku sambut dengan petuah-petuah hikmah.

sayangnya kamu tak pernah berubah dan selalu buta kerna obsesimu itu, jika saja semua langkahmu dipikirkan dengan matang dan lebih sabar maka mungkin rencana-rencana kehidupan yang matang lebih akan kamu temui, tapi kita tak dapat menyalahkan takdir. pernikahan, jodoh, kematian..itu adalah sebuah catatan langit. semoga tak seperti cerita-cerita sebelumnya, jiwa obsesimu itu tak melampaui batas. menikah itu adalah ibadah, bukan ajang perlombaan, bukan juga cara untuk melupakan atau pelarian.

terima kasih atas doanya tentang kesegeraan ku, aku pun sedang mempersiapkan untuk takdir yang tak pernah di duga.

Bertanya kapan menikah, tapi tak ada yg bertanya kapan meninggal...#sama2 rahasia langit.
Hal terpenting adalah mengusahakan smua itu menjadi catatan yang baik, dengan persiapan bekal yang matang dan Sama2 untuk menjemput kebahagiaan..
Menikah itu bukan ukuran 'sukses'.

Ukuran sukses itu adalah berkeluarga, berhasil mendidik anak2 menjadi saleh-salehah.

Oleh karena itu, tidak ada lomba cepat2an menikah, dan juga tidak ada istilah telat menikah. Daripada sibuk ditanya kapan menikah, lebih baik didoakan saja.

--Tere Liye

#tiba-tiba aku ingat rencana kita di 4 tahun silam, padahal hal itu sama sekali tak pernah aku ingat. benar-benar waktu merubah kita yaa..



6 komentar:

  1. Ukuran sukses itu adalah berkeluarga, berhasil mendidik anak2 menjadi saleh-salehah.Oleh karena itu, tidak ada lomba cepat2an menikah, dan juga tidak ada istilah telat menikah. ( sepakaat dengan yang ini) tapi nikah di usia muda saya rasa lebih banyak kebaikannya.

    BalasHapus
  2. ciyee ciyee..mbak tau siapa yg di maksud itu. sebenarnya dg itu Allah sedang mempersiapkan takdirmu, sungguh semoga itu yg terbaik untuk kita semua. Amiin, fighting tika.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah siapa yaa??? uhuk uhuk...:D
      yoi mb' yang penting adalah kebahagiaan, kadang yang mendapatkan seutuhnya malah sebenarnya tak pernah memiliki...

      Hapus
  3. Jadi ingin punya rencana menikah.. ^^

    BalasHapus