Rabu, 30 Januari 2013

cerpen # dia....

sudah berapa lama yaa..." aku memerah menahan tawa pura-pura berpikir mengingat jeda waktu tak bersua.

Hari ini terik mentari mengucur peluh, aku diselimuti ragu untuk meminta bantuan yang amat mendesak. tentu satu-satunya tempatku meminta bantuan selama 3 tahun ini cuma dia. aku dan dia yang pernah sepakat untuk menjadi kita, berjalan dalam satu jalan bersamaan..tapi nyatanya aksara langit menuliskan ada drama yang berbeda. 1 tahun belakangan aku berjalan sendiri, mengusir impian tentang kami,merangkak sendiri meniti impian demi impian.

aku dan dia bertemu dalam sebuah kebetulan yang amat mendesak, jika tak mendesak ku putuskan sama sekali tidak kembali menginjakkan kaki ke halaman harinya.
tepat tengah hari..langkahku ragu-ragu menuju gubuk kecilnya, tak ada yang berubah..sebuah pot mawar putih kesukaanku pun masih terawat subur menjadi salah satu penghias di deretan bunga teras rumah.

"assalamu'alaikum di.."
"wa'alaikum salam.."dia melapangkan pintu menampakkan sosoknya
"ummu???? 
"iya...di..maaf..umu mau minta tlong, mu harus pulang kampung besok tapi semua tiket sudah habis, sudah mu keliling cari, sudah online juga tapi mu tak dapat tiketnya.." pintaku memelas

dia diam..sesekali mengangguk dan langsung lekas menelpon seorang temannya, aku diam mematung di teras rumah. perasaan campur baur diliputi rasa bersalah, rasa marah, sedih..menatap wajah nyata dia seperti memutar napak tilas cerita yang pernah ada.

"di belum berani lamar umu? tanyaku mantap

"mu tau sendiri, kuliah di belum selesai mu, di juga belum punya biaya, pekerjaan tak tetap..nanti kalau di lamar mu, di mesti jawab apa"
"tapi orang tua mu sudah tanyakan, mu mau dilamar juga sama anak kawan bapak"
"yang jelas di ndak bisa secepat it mu.."

Hari ini diterangi mentari wajahnya memerah peluh, jemari sibuk memutar handphone mini, matanya sesekali menatapku takjub..yaa sudah setahun semenjak itu kami tak pernah tatap muka

"sudah berapa lama ya..." dia memulai bicara
aku memerah menahan tawa, pura-pura berpikir mengingat jeda waktu tak bersua.

 "hampir 1 tahun ya di..hhmm...maaf tiba-tiba sekarang malah datang..mu sangat terdesak..mu juga bingung"
"tak apa mu, jangan lah kita ketemu sekarang malah maaf-maafan..di sudah ikhlas kok..dan yahh...di yang salah ngelepas umu"
aku terhenyak, degub jantungku tak karuan,..pembicaraan ini yang semestinya ku hidari.
"kapan tanggal nikahan nya mu, tak usah kirim undangan sama di..cukup sekarang aja bilangnya. sama aja kok"
"bulan mei di..wah beneran gak usah pake undangan..berarti hemat satu lembar nih".. aku mencoba mencairkan suasana.


sebuah pesan masuk dari handphone dia, senyum nya tergaris.. garis-garis keletihan membuat hambar senyumnya.
"ada mu, ada satu kursi untuk besok, penerbangan jam 06.00 pagi ke jakarta, sampai riau mungkin jam 12an mu".
'alhamdulillah..makasi di..haduhh..akhirnyaa besok jadi pulang juga"
"mendadak mu, ada apa"
"ada acara keluaga di, tiba-tiba disuruh pulang..harus pulang kata apak"
"nanti sore di cetak, mau di antar ke asrama atau ke tempat lain? takutnya mu sudah pindah alamat.
"masih di asrama di, mungkin ndak bisa mu yang ambil, titip pak harto aja ya..satpam lama".

dia mengangguk pelan, ditatapnya dalam wajahku..aku bergegas beranjak pergi..jangan sampai tatapan itu menaburkan benih bunga hingga nantinya kembali membentuk taman cinta.

"di...aku memang sangat terdesak pulang, ia yang merebut hatiku darimu dulu sekarang telah bahagia selamanya, kejadian kecelakaan memastikan bahwa memang tak akan ada undangan yang datang di bulan mei..." ia pergi di...seperti aku yang dulu pergi meninggalkanmu.....

aku menangis keras, ingin sekali bercerita pada sosok dia tentang piluku yang meradang..tidak...tak boleh ada episode cinta lagi antara aku dan dia...

"tuhan...banyak sekali cerita yang tak pernah bisa ditebak akhirnya, seperti rangkaian ceritaku dan dia..3 tahun beriringan tapi tanpa sebuah kepastian, sedang jawabanku dinanti oleh lain hati..dipaksa juga oleh permintaan orangtua...tapi apalah arti semua itu...sekarang sosok yang merebut hatiku dari dia juga pergi mendahului...pernikahan yang direncakan dalam hitungan bulan hanya menjadi sebuah kenangan.
seperti mata rantai antara ditinggali dan meninggali...







Tidak ada komentar:

Posting Komentar