Sabtu, 24 Maret 2012

Rumi

Satu bulan terlewati.. kesabaran dan keikhlasan berbuah manis rasanya, sulit mengubah kebiasaan, sulit memang tapi bukan berarti tidak mungkin. 
Rumi mengeluarkan handphone kecil nya dari kantong jaket, senyum tergaris ketika ia melihat tak satu pun pesan singkat yang dulu biasa ia dapat dari sahabatnya, semangat semu yang terkadang menggusarkan hatinya. ia tak lagi memikirkan hal-hal yang membuat hatinya tak nyaman, ketidaknyamanan adalah alarm yang jelas menegur hatinya jika diluar batas yang telah disepakati jiwa.

Rumi ingat betul bagaimana kekhilafan yang membuat nya malu, bagaimana tidak malu jika ia tak seharusnya bertingkah selayaknya seperti dulu, ia meneguhkan hati untuk memperbaiki diri, tak ingin mengulang kesalahan yang sama.

Tiba-tiba satu panggilan akrab dari handphone berdering.." my mam" satu panggilan yang selalu dinanti-nanti oleh rumi

"gimana kabarnya nak"? ibu memulai mengabsen kabar putrinya 
"alhamdulillah baik bu" jawab rumi manja
Rumi mulai berbincang lama ditelpon, satu jam tak cukup menumpah segala rasa rindu. bergantian bapak ibu adik bertukar cerita, rumi tersenyum puas mengakhiri obrolan, satu pesan ibu nya yang tak pernah luput " jaga-baik-baik dirimu di sana ya mi".

Ibu..bapak..orang-orang yang selalu menanamkan rasa cinta dengan ketulusan. Ibu mengajari rumi bagaimana bersikap seorang perempuan, etika yang benar, kewajiban dan segala tentang cinta. bapak mengajarkan ketegasan, keberanian, kecerdasan dan bagaimana menjadi perempuan yang tangguh. 
Rumi berjanji untuk terus memperbaiki diri, kerna kesadaran penuh tak ada yang paling membahagiakan selain senyum kebahagian dari orang-orang tercinta.

 "aku bisa membayangkan kesedihanmu bu, ketakutanmu kehilangan satu putri lagi padahal baru saja ikhlas melepaskan seorang putri pertamamu. Aku bisa membayangkan kesedihanmu bu, ketika satu pertanyaan terlontar darimu "kamu mau menikah mii??"
Aku mengerti segala rasamu, bagaimana ketidakikhlasanmu melepas kepergianku, bertahun-tahun merelakanku hijrah mengejar mimpi, dan tak lama mimpi digapai, akan di pinta pula oleh orang lain,", padahal telah lama kerinduanmu menumpuk menanti kepulanganku dari rantau..
Aku berusaha memahamimu.. berusaha ingin menemanimu..nanti...membahagiakanmu..inginku.."
Rumi mengurungkan untuk menjawab "iya"... :(


Tidak ada komentar:

Posting Komentar