Sabtu, 09 Maret 2013

bertemu di syurga-NYA

"..nadi nya dah gak teraba.."
"..posisi...RJP..EKG..Bagging..."

itu adalah dialog renyah yang sering sekali ku dengar di ruang kritis ini. eh iya aku sedang praktek di ruang ICU. Ruang emergency dengan semua kondisi pasien yang kritis. Hari ini saja sudah 3 pasien meninggal dunia. termasuk salah satu pasien kelolaan ku..hmm...
"pasien kelolaan itu artinya pasien yang benar-benar ku rawat selama aku shif jaga. jadi keadaaan sepenuhnya dari pasien itu menjadi sepenuhnya dibawah monitoringku"

aku kadang dilema, sangat sering timbul rasa syukur jika ada yang meninggal, sepertinya berakhir sudah penderitaan mereka. ah apa ini respon yang salah yaa?? tapi melihat mereka dengan semua kabel-kabel dan bermacam selang infus itu membuat aku merasa kematian adalah pilihan terbaik. tak tega juga melihat mereka dengan sangat payah menghirup nafas dan semua fungsi tubuh dibantu dengan peralatan mesin. tak dapat bergerak, tak juga bicara, hanya tatapan mata mereka yang mengisyaratkan bahwa mereka sangat ingin pulang.

Setiap pagi rutinitasku adalah memandikan pasien, membersihan tempat tidur, mengganti pempers, membersihkan gigi dan mulut, dan menyisir rambut mereka. Setiap pagi harus dihadapi dengan hal-hal semacam itu, pertama kali praktek tentu membuat ku syok, ahh..kulia tinggi-tinggi dengan pekerjaan tak jauh dari seorang pembantu. tapi aku keliru, aku lupa bahwa aku ini adalah seorang perawat, begini lah caraku bekerja. merawat mereka secara keseluruhan, kebersihan diri hingga perkembangan kesehatan.

1 minggu di ICU mambuat aku semakin terbiasa, aku tak lagi mengeluh kerna harus mengganti pempers klien yang sedang diare berkali-kali, bau menyengat, belum lagi aku juga harus tetap tersenyum. yah...di ruang ini hanya ada pasien dan perawat. Keluarga dilarang menunggui untuk pasien yang sedang dirawat di ruangan ini. hanya di jam tertentu hanya satu pengunjung saja yang boleh menjenguk. alhasil semua perawatan di embankan pada perawat sepenuhnya. aku juga harus menunggui mereka dengan telaten saat mereka minta bantuan kerna ingin muntah, setiap kali mereka muntah setiap itu juga rasanya aku juga ikutan ingin muntah. 

di jam 11.00 tugasku mempersilahkan pengunjung untuk masuk ruangan, satu pasien cukup satu pengunjung. entah sudah berapa lama keluarga pasien itu duduk penuh harap di dekat pintu, setiap hari dengan melihat ekspresi kegelisahan mereka setiap kali itulah aku dapat kembali bersemangat untuk memaksimalkan semua upaya yang dapat ku lakukan.

bersama dengan pasien yang sama berhari-hari, merawat mereka dari mandi hingga hal-hal kecil lainnya itu menimbulkan ikatan batin yang cukup kuat. meski dijawab hanya dengan anggukan kepala, tapi isyarat semacam itu seakan benar-benar melapangkan dada. senang sekali jika keadaan pasien mulai membaik, walaupun hanya sekedar menurunnya panas, atau bisa menjadi amat galau ketika pasien sampai tak teraba nadinya lagi. kehilangan...ya...aku juga merasa kehilangan. tapi ada juga timbul rasa lega ketika dapat mengantar mereka di detik terakhir dengan menyebut nama ALLAH. cemburu jadinya..semoga nanti juga di detik akhir kalimat ALLAH itu lah yang menjadi kata terakhir.

aku sangat bersyukur menjadi seorang perawat, lambat laun profesi ini semakin mengakar kuat. Jika sudah berhadapan dengan pasien hilang sudah persoalan kehidupan lainnya, aku rasa malu masih mengeluh dengan banyak nya persoalan kehidupan yang kadang terlalu ku besar-besarkan, sedangkan yang tepat dihadapanku orang-orang yang sangat kesusahan menghirup udara bebas, sedang di depanku mereka yang berada dalam dua pilihan, keluar ruangan dengan kabar pindah ruang, atau pindah ke alam berikutnya.

aku berterimakasih pada semua pasien yang bersedia menjadi guru. tempat aku belajar bagaimana melayani dengan hati. semoga ini termasuk amal jariyah di penghujung kehidupan mereka. semoga kita berjumpa kembali di surga-NYA.

tuhan..nasehat kematian terus saja menjadi kabar yang datang di setiap hari, aku takut kematian sudah tak menjadi nasehat yang dapat melembutkan hati kerna terlalu sering kejadian itu terjadi.
tuhan..aku mohon kelembutan hati, jangan sampai semua kejadian ini menjadi biasa dan hati ini menjadi keras nantinya.
...

"..nadi nya dah gak teraba.."
"..posisi...RJP..EKG..Bagging..."..
tut..tut...tutttt................pasien tidak tertolong :'(

"stase berikutnya adalah keperawatan jiwa, insyaALLAH akan ada pengalaman yang berharga di stase baru. berkumpul dengan orang-orang yang disisihkan...mendalami semua hal tentang kejiwaan..."..
terusin baca yuk »»  

Sabtu, 02 Maret 2013

aku ijin nikah ya mii...

menikah?? hhmmm..entah mengapa sejak praktik di rumah sakit aku tak begitu peduli dengan satu cita-cita sejatiku itu. kesibukan akan praktek dan tugas-tugas benar-benar membuat kata menikah itu semakin jauh saja. aku malah sedang bersemangat untuk benar-benar mempersiapkan diri menjadi perawat yang benar-benar profesional. menghapus stigma suster jutek, perawat galak, atau labeling buruk lainnya. semoga nantinya kehadiranku dapat menjadi penenang, tidak memperparah keadaan pasien.

eh..sedang asik-asiknya dengan tumpukan lembaran tugas yang harus ditulis tangan, aku di kabari berita bahagia. sahabat baikku akan menikah di akhir maret ini. aku ingat betul kejadian pertama waktu berita pertama pernikahan nya sampai di telingaku di tahun-tahun lalu. aku langsung panas dingin dengan perasaan yang super lebay. "tidak adil"..titik. tapi kekecewaan ku dulu tak lama, rencana pernikahan nya ia batalkan dengan alasan masih ingin menanti sebuah kepastian dariku.
tapi bagi ku seperti jiwa-jiwa yang sudah kenal kecewa kadang lebih baik beranjak mengejar masa depan dari pada berkubang di dalam masa lalu.

kabar menikah sahabatku ini kusambut bahagia, berbeda sekali dari cerita pertama dulu. aku pun jadi heran, bahkan cemburu pun tidak. kalau dulu..hhmm.. mungkin masih belajar kata ikhlas.
isi pesannya pun membuat ku ingin tertawa, sebuah pesan singkat meminta doa restu..aihh..mirip seperti seorang laki-laki yang minta ijin untuk ingin poligami.. jika ku respon tertawa rasanya itu menyakitkan, yah..akhirnya hanya ku sambut dengan petuah-petuah hikmah.

sayangnya kamu tak pernah berubah dan selalu buta kerna obsesimu itu, jika saja semua langkahmu dipikirkan dengan matang dan lebih sabar maka mungkin rencana-rencana kehidupan yang matang lebih akan kamu temui, tapi kita tak dapat menyalahkan takdir. pernikahan, jodoh, kematian..itu adalah sebuah catatan langit. semoga tak seperti cerita-cerita sebelumnya, jiwa obsesimu itu tak melampaui batas. menikah itu adalah ibadah, bukan ajang perlombaan, bukan juga cara untuk melupakan atau pelarian.

terima kasih atas doanya tentang kesegeraan ku, aku pun sedang mempersiapkan untuk takdir yang tak pernah di duga.

Bertanya kapan menikah, tapi tak ada yg bertanya kapan meninggal...#sama2 rahasia langit.
Hal terpenting adalah mengusahakan smua itu menjadi catatan yang baik, dengan persiapan bekal yang matang dan Sama2 untuk menjemput kebahagiaan..
Menikah itu bukan ukuran 'sukses'.

Ukuran sukses itu adalah berkeluarga, berhasil mendidik anak2 menjadi saleh-salehah.

Oleh karena itu, tidak ada lomba cepat2an menikah, dan juga tidak ada istilah telat menikah. Daripada sibuk ditanya kapan menikah, lebih baik didoakan saja.

--Tere Liye

#tiba-tiba aku ingat rencana kita di 4 tahun silam, padahal hal itu sama sekali tak pernah aku ingat. benar-benar waktu merubah kita yaa..



terusin baca yuk »»  

Kamis, 21 Februari 2013

kisah bernama takdir



waduhh...maluuu..tak enak hati rasanya kerna lama sekali tidak silaturahmi balik ke teman2 yang sebelumnya sempat maen ke rumah pinky saya ini. Rumi seperti menghilang deh, padahal di awal ng'blog dlu sangat ingin bisa setiap hari menyempatkan waktu untuk berbagi pengalaman, atau pun manfaat lain nya. 
saya cerita dulu yaa..smoga alasan ini bisa dimengerti.

Awal bulan Februari saya pindah ke daerah temanggung untuk melanjutkan praktek profesi, semacam praktek lapangan tindak lanjut dari Srata 1 di  Program Studi Ilmu Keperawatan. Sebelum nya saya masih praktek di jogja untuk lebih mendalami permasalahan kesehatan di tengah masyarakat dan keluarga, sekarang beralih amanah untuk belajar di bidang gawat darurat. belajar praktek semua tindakan yang darurat, gawat atau gawat darurat, dan semacam nya. dari kasus kecelakaan, persalinan gawat bermasalah, masalah jantung, paru, demam tinggi, AMI, keracunan makanan, sampai digigit ular. pokok e menu lengkap jenis kesakitan ada di IGD. #pulang-pulang praktek saya biasanya keletihan, berusaha memanagement waktu istirahat, praktek, dan mengerjakan tugas2, alhasil saya jarang buka blog dah. 

di masa perkuliahan saya jarang terjun ke rumah sakit, ini menjadi salah satu kelemahan saya dalam beradaptasi cepat terhadap berbagai tindakan super gesit di IGD. Saya juga harus menyesuaikan diri untuk tidak tidur semalaman kerna jaga malam, atau pulang larut malam sepulang dari jaga siang, belum lagi seabrek tugas yang wajib diselesaikan, analisis kasus yang unik-unik. hhmm...begitulah..saya jadi lupa deh, kalau saya punya rumah pinky yang juga harus diberi perhatian.

oke..saya sudahi deh ngeles-nya..#prolognya panjang amat yak

Saya beri judul catatan ini kisah bernama takdir. selama praktek di IGD saya mendapati beragam pangalaman dan hikmah yang berbeda di setiap hari. saya mulai belajar bahwa memang tidak ada yang bisa menggenggam waktu yang akan datang, apakah ia masih diberi kesempatan hidup, atau saldo hidupnya di ujung tanduk. Saya pernah membantu menangani pasien dengan penyakit jantung, yang dari cerita sebelum nya pasien awalnya masih sehat-sehat saja, masih tertawa bebas, tapi tiba-tiba serangan jantung membuat dadanya sesak dan sakit, hingga terserang stroke. Tim medis pun kocar-kacir berusaha maksimal untuk menjadi perantara kesembuhan. Ada pula korban-korban kecelakaan yang patah kaki tanganya, robek sana sini, darah dimana-mana, Awalnya mereka masih berjalan bebas dengan kondisi sehat, tapi akibat kecelakaan kaki patah, patah tangan dan mereka kehilangan harapan untuk normal seperti sedia kala. 

tidak ada yang tau kisah yang bernama takdir, beberapa waktu lalu saya juga membantu persalinan pada ibu yang bayinya sudah meninggal di kandungan, padahal hari masa persalinan di depan mata. tiba-tiba saja harapan mempunyai buah hati sirna, padahal sudah sangat berhati-hati dan telanjur cinta dengan buah hati yang di dalam perut. takdir berkata lain, ada yang di matikan sebelum ia lahir, atau sampai sangat lanjut usia tapi masih diberi umur panjang. 

Kisah bernama takdir, hidup seperti pada detik ini saja, memakasimalkan saat ini untuk mewujudkan impian yang di impikan di masa yang akan datang. mempersiapkan bekal di kampung keabadiaan, dan memperjuangkan keberkahan hidup di dunia tempat persinggahan.

"...Saya tidak tau apakah semua apa-apa yang saya impinkan akan terwujud atau tidak, tapi saya akan berusaha semaksimal apa-pun yang dapat saya usahakan saat ini"..




eitsss...saya juga dibuat cemburu pada pasangan suami istri yang saling setia menyemangati satu sama lain, haru nya lebih dari nonton film-film melamkolis dah. benar-benar real, dan tanpa manipulasi. inilah kisah bernama takdir, tak ada yang tau rahasia langit.

terusin baca yuk »»