cerpen ini dapat di baca juga disini
“aamiin…”suara ku lirih menyambut untaian doa yang sedari dini hari ku panjatkan dalam hati. Ada kecemasan meliputi, ada berita yang sedang kunanti. hari ini sahabatku ardi akan menghadapi ujian akhirnya, ujian penentu kelulusan akan impian nya dari 4 tahun silam.
Kemarin ia sempat sedikit
pesimis kerna urusan tugas akhirnya yang belum jua dapat persetujuan untuk
diujikan, padahal batas akhir pendaftaran tinggal hitungan jam. Persis..mungkin
aku pun ikut merasakan bagaimana letihnya ia kemaren, dan hari ini aku kembali
menanti hasil ujian nya, ditolak kah?? Lulus kah??? ….
siang berganti malam, ardi belum
juga ada kabar darinya.. aku sengaja tak menghubungi untuk bertanya langsung,
yah..ardi mungkin juga tak pernah menyadari bahwa aku sedang menanti ceritanya.
Ahh…Lagi pula siapa aku
dimatanya?? Aku hanya sosok teman maya yang terlalu kikuk ketika bertemu, teman
yang tak begitu pandai menyembunyikan tingkah, atau lebih sengaja menunduk
dalam dari pada menatapnya..benar,.. lagi pula siapa aku…”aku membatin
Malam kian pekat, malam ini aku
sedikit terhibur kerna tulisan pertamaku terbit di salah satu website. Aku
langsung meraih handphoneku dan mulai ingin berbagi kegembiraan padanya bahwa
satu lagi impianku terwujud, tapi tiba-tiba aku ingat bahwa ardi seharian ini
belum memberi kabar apa-apa, aku membatalkan ketikan pesan singkat yang baru
saja ingin ku kirim.
mengapa aku harus memberi
tahu ardi setiap kesenangan yang aku dapatkan, mengapa aku mencemaskan ardi
sedang mungkin ardi tak pernah sadar akan keberadaanku, mengapa aku tiba-tiba
merasa sedih kerna ardi tak mengabari ku sampai malam begini??”
Ada yang salah…aku yang memang
hanya mempercayainya sebagai sahabat laki-laki menjadi tak lagi pandai melihat
batas-batas antara kami, aku tak dapat mendefinisikan warna-warni rasa hati.
Mungkin terlalu ku bentang toleransi padanya hingga aku terjebak dalam
lingkaran imajinasi semu.
Tuhan…apa aku jatuh
cinta???
Aku dapat tersenyum hanya dengan
satu pesan darinya, padahal sedari dulu aku tak suka menggubris pesan-pesan
singkat yang tak jelas.
Tuhan…apa aku jatuh
cinta..?
Ketika rasa bahagianya pun dapat
melapangkan hatiku, ketika sedihnya pun jadi sedihku. Hhmm…“aku tak ingin jatuh
cinta dulu…tuhan..aku tak ingin ada lagi rasa dan tingkah yang salah..
Terlebih jatuh cinta pada ia
yang belum pasti menjadi pendampingku. Dan ketidahkjelasan akan terus
menggalaukan hati jika tak berani tegas. Iya..atau tidak sama sekali
“terima kasih atas doa dan
semangat nya…” pesan singkat dari ardi. Ardi akhirnya memberi tahuku hasil ujian
nya, dan Aku hanya membalas dengan senyum :)
Setidaknya aku menyadari bahwa
aku tak ingin jatuh cinta dulu, sedang aku sendiri masih memilih meneruskan
impian yang lain.
Semoga tak ada lagi sahabat
muslimah yang terlambat mendefinisikan apa-apa yang ia rasa. Tolerasi mestilah
tak memudarkan batas jelas yang sudah dipahami. Hingga nanti akhirnya cinta
utuh hanya untuk belahan jiwa yang berani menjemput di batas waktu
ketentuan-NYA..
Bukan berpihak pada
ketidakjelasan bersikap, ketidakjelasan rasa..dan terlarut penantian dan
tingkah yang sia-sia.
“Aku bukan tak sabar, hanya tak
ingin menanti
Karena berani memutuskan adalah
juga kesabaran
Karena terkadang penantian
Membuka pintu-pintu syaithan”
― Salim A. Fillah
Aku bukan tak ingin jatuh cinta,
tapi cinta adalah kejelasan. Iya atau tidak sama sekali
-Rumi Putri-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar